Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Mengenal skincare

Definisi cantik itu punya banyak dan diartikan dari berbagai sudut pandang. Paham sudut pandang rohani adalah seseorang yang taat beragama, dari sudut pandang sosial adalah seseorang yang baik; jujur; humble ; tanpa pamrih, dari sudut pandang lahiriyah adalah seseorang yang memiliki wajah yang rupawan, kulit sehat dan cerah, dari sudut pandang budaya adalah secara fisik seseorang memanjangkan lehernya dengan kalung; menindik telinganya hingga menggantung panjang dan banyak definisi cantik dari banyak sudut pandang lainnya. Saya dahulu penganut sudut pandang paham rohani dan sosial, sudahlah yang penting jadi seorang wanita yang taat beragama; baik; selalu jujur dan tidak pamrih. Kecantikan dari segi lahiriyah saya kesampingkan, maksudnya ya tidak jadi prioritas, enggak pakai usaha banyak buat merawat kulit. Cukup air wudlu saja. Ceileh. Tapi air wudlu sayangnya tidak bisa mengangkat kotoran yang menempel di kulit wajahku. Alhasil, komedoan; bruntusan; jerawatan dan kulit kusy

Belum cocok enzim dan substratnya

Rezeki itu datangnya tiba-tiba.... Saya hanya ingin tulisan ini bisa dibaca dan mencegah hal ini terjadi  lagi pada diri saya di masa depan ataupun pada oranglain yang “mungkin pernah merasakan hal serupa”. Datangnya informasi tiba-tiba.... Ketika itu ada seorang rekan yang mengirimkan saya sebuah informasi lowongan kerja, pada awalnya dia mengirimkan mengenai tenaga asisten riset, namun saya iseng saja bertanya apakah ada informasi lain lagi. Dikirimlah sebuah informasi dari perusahaan minuman tradisional yang saya belum pernah dengar namanya. Namun, saya sudah ciut dahulu karena yang dibutuhkan adalah Biologi (botani), saya sempat tidak berniat untuk mencoba apply kerja di perusahaan tersebut. Beberapa hari kemudian saya apply saja, dicoba, siapa tahu rezeki. Pasti para jobseeker lain tahu ketika sampai kata-kata itu dikumandangkan dalam hati, artinya motivasi kita tidak kuat dan menganggap bahwa dengan usaha apply itu kita “sudah berusaha tidak berpangku tangan”. Saya t

Takdir

Aku yang serakah Manusia memang ditakdirkan menjadi makhluk yang tidak pernah puas. Sehingga cobaan menahan hawa nafsu dan selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT memang benar adanya agar manusia bisa selalu instropeksi diri dan menjadikannya ciri pembeda antar satu manusia dengan manusia lainnya. Tahun lalu saya mendapat kesempatan menjadi bagian dalam sebuah penelitian lapangan. Ketika itu, cukup banyak dari rekan se-universitas saya yang mengikutinya. Jadi terkesan biasa saja— bagi saya pada waktu itu — bukan hal yang waow tepatnya . Tapi siapa tahu? dari anggapan kecil seperti itu menjadi muncul sifat serakah. Sehingga muncul harapan bisa mendapat site penelitian yang jauh—dalam artian di luar pulau Jawa dan cukup jauh—pikiran saya pada waktu itu, agar bisa punya “cerita” yang bisa diceritakan ke oranglain. Sebelum pengumuman penempatan site penelitian dirilis, saya sudah terlebih dahulu mendapat informasi dari rekan yang bekerja di institusi yang menaungi penelitian lapa