Belum cocok enzim dan substratnya
Rezeki itu
datangnya tiba-tiba....
Saya hanya ingin
tulisan ini bisa dibaca dan mencegah hal ini terjadi lagi pada diri saya di
masa depan ataupun pada oranglain yang “mungkin pernah merasakan hal serupa”.
Datangnya informasi
tiba-tiba....
Ketika itu ada
seorang rekan yang mengirimkan saya sebuah informasi lowongan kerja, pada
awalnya dia mengirimkan mengenai tenaga asisten riset, namun saya iseng saja
bertanya apakah ada informasi lain lagi. Dikirimlah sebuah informasi dari
perusahaan minuman tradisional yang saya belum pernah dengar namanya. Namun,
saya sudah ciut dahulu karena yang dibutuhkan adalah Biologi (botani), saya
sempat tidak berniat untuk mencoba apply kerja di perusahaan tersebut.
Beberapa hari
kemudian saya apply saja, dicoba, siapa tahu rezeki. Pasti para jobseeker lain
tahu ketika sampai kata-kata itu dikumandangkan dalam hati, artinya motivasi
kita tidak kuat dan menganggap bahwa dengan usaha apply itu kita “sudah
berusaha tidak berpangku tangan”. Saya tahu itu salah. Alasan yang menguat pada
waktu itu adalah dibandingkan berpangku tangan, akhirnya memberanikan diri
untuk mengirim e-mail. Padahal ketika sampai di warnet untuk klik sent sulitnya
ampun. Ya itu karena kita tidak tahu bisa mencintai posisi yang ditawarkan di
masa datang atau bisakah mencoba memaksa diri untuk bisa mencintainya. Kita aja sudah ragu di awal, seharusnya
tinggalkan saja dari awal.
Ekspektasi saya
adalah tidak mungkin ada follow up, akibat tidak sinkronnya latar belakang
pendidikan saya dengan posisi yang ditawarkan (karena dia tidak membutuhkan
semua jurusan). Tidak sesuai dengan ekspektasi, ternyata dari pihak perusahaan
minuman tradisional itu memberikan feedback melalui e-mail 3 hari kemudian.
Uniknya dari perusahaan ini adalah dengan diberikannya sebuah pertanyaan
mengenai sudut pandang kita dari tantangan yang dituliskan di pertanyaan.
Akibat modal minim
untuk posisi yang dilamar tersebut saya menjadi tidak bisa menjawabnya secara
lugas, singkat dan cepat. Saya perlu searching di google dan berdiskusi dengan Bapak
dan Ibu. Saya menjawab pertanyaan tersebut seminggu kemudian, dengan jawaban
yang menurut saya sudah sesuai. Pikiran saya waktu itu, aaaah sudah terlambat
memberi jawaban 7 hari pasti tidak akan
dipanggil. Namun, saya bersemangat untuk menjawabnya, saya jawab dengan
sungguh-sungguh.
Namun ternyata
qadarullah dan diluar ekspektasi lagi, suatu haru pada jam setengah 5 sore saya
ditelfon oleh HRDnya di diminta untuk interview pada pukul 09.00 WIB esok
harinya. Saya tidak percaya, roaming, sampai lupa bertanya apa yang dibawa
selama wawancara. Tapi kedatangan
informasi rezeki ini berada di waktu yang tidak tepat. Kenapa? Karena saya
tidak mempersiapkannya dengan baik dari awal pengiriman aplikasi lamaran.
Jadi baiknya kamu persiapan sangat baik di awal dan
semoga pada akhirnya ketika kesempatan itu datang kamu bisa membidiknya dengan
sempurna.
Saya bahkan hanya mengulik
sedikit tentang perusahaan minuman tradisional ini. Saya tidak banyak melakukan
kepo dan riset seperti biasanya
(kebiasaan anak media ya gini) karena waktu jeda antara pemberitahuan dan
interview cukup sempit, ditambah dengan dilaksanakan di luar kota.
Ditambah-tambah lagi dengan Tes TOEFL yang saya ikuti setelah pemberitahuan
interview. Sukses membuat saya gagal berkonsentrasi penuh saat Tes TOEFL
berlangsung. Alhasil pulang Tes TOEFL kepala saya pusing enggak karuan,
sehingga semalam suntuk saya tidak tidur nyenyak. Pagi harinya tubuh saya tidak
se-prima seperti harapan saya.
Kalau dirunut saya punya 2 pengalaman interview, yang
pertama, dahulu ketika mau magang di bagian media Rektorat, jelas gagal karena
saya masih cupu tentang interview. Yang kedua, interview via skype, saya sudah
persiapan all out tapi lagi-lagi di waktu interview saya terkendala dengan
beban moral, pada saat itu saya baru 2 hari dipanggil masuk kerja kembali di
laboratorium untuk kontribusi disana lagi, enggak enak bila keluar kerja padahal
barusan dipanggil kerja lagi dan juga enggak enak dengan supervisor saya yang
baiknya minta ampun dan saya masih belum puas mengorek-orek ilmu beliau. Hasil
interviewnya, gagal.
Pukul 05.30 pagi
pergilah saya ke kota sebelah, interview dan sekalian silaturahim ke rumah
teman dekat. Pas jam 09.00 sampai sudah di perusahaan minuman tradisional itu
(sempet ada drama salah masuk perusahaan disebelahnya lagi wahahahahahhaha
kocak bener, biasa hp udah uzur jadi ketidakakuratan google mapsnya hampir 500
m!!). Sampai sana ternyata hanya berdua yang diinterview. Lagi-lagi dunia
sempit, ternyata saingan saya ini juga dari Universitas di Jogja dengan jurusan
yang sama dan sama-sama anak organisasi jurusan.
First impression untuk
perusahaan ini adalah friendly karena
saya langsung dilayani dengan baik oleh satpam dan ditanya oleh beberapa
karyawan tujuan saya ke perusahaan mereka. Artinya, mereka respek dengan
kehadiran saya yang notabene orang asing. Kalau untuk gedung perusahaan
sepertinya mengambil tema minimalis, beda deh sama bentukan perusahaan lain,
instagrammable pokoknya. Uniknya ruangan interviewnya juga berlapis kaca aja,
jadi tembus pandang tidak ada sekat-sekat yang membuat orang bisa bersembunyi
di dalamnya. Menarik juga perusahaan ini. Resepsionisnya pun pakai sendal jepit
dong, super santai seru gitu sepertinya. Selain itu mungkin mereka mengusung go
green juga, soalnya HRD nya mencetak cv saya dengan kertas bekas, dan mereka
menggunakan kertas buram.
Beberapa saat saya
berbicara dengan saingan saya, muncullah seorang lelaki yang necis,
rapi dengan anjingnya berparas seperti serigala dan rambut anjingnya tebeeeel
banget daaaan tinggi anjing itu saat berdiri dengan empat kakinya itu besarnya setinggi
perut saya. Bayangkan! gimana dia berdiri dengan dua kaki? Tingginya melebihi
saya berdiri jangan-jangan. Baru pertama kali liat anjing sebesar itu saya
menjadi refleks memeluk tas dan jeleknya saya malah kontak mata sama anjingnya.
Anjingnya jadi lihatin saya mulu, mungkin dia tau kali ya saya takut sama dia.
Sampai si lelaki necis, rapi pemilik anjing itu memanggil nama
anjingnya biar mengikuti dia kembali.
Kemudian saya
dipanggil ke lantai dua untuk interview, menohoknya lagi ternyata lelaki necis, rapi itu juga jadi interviewer coba, tapi untungnya banget
beliau pergi saat saya mau mulai interview. Hufff. Saya tidak grogi sih seperti
biasanya pengalaman interview sebelumnya. Saya tidak belajar dan tidak
mempersiapkan diri. It’s the worst
interview in my life. Alhasil di saat interview saya tidak bisa menjawab
dengan percaya diri dan meyakinkan. Hal-hal yang kemungkinan membuat gagal saat
stage interview, saya lakukan.
Namun, saya sangat
menyukai dengan HRD nya. Biasanya ketika HRD tidak tertarik dengan kita
langsung disudahi saja, tapi saya merasakan usaha mereka untuk mengenal lebih
dekat saya meskipun motivasi saya tidak kuat, tidak ada pengalaman di bidang posisi
yang dilamar, dan tidak menjawab pertanyaan dengan sempurna. Mereka menghargai
saya tapi karena saya tidak memberi performa terbaik saya saat interview saya
justru tidak menghargai para HRD yang sudah bersedia membaca CV saya dan
mungkin mereka menemukan peluang di dalam diri saya.
Sungguh saya ingin
minta maaf kepada mereka, tapi saya hanya bisa melayangkan permintaan maaf saya
melalui doa-doa saya. Semoga perusahaan yang bagus ini mendapat kandidat yang
lebih baik dari saya dan bisa memajukan perusahaan tersebut.
Thankyou for
reading!
Komentar
Posting Komentar