Bani Chirzin



Cerita ini tertulis dari ide untuk mengawetkan kenangan kami dengan Mbah Ti (sebutan Nenek dalam bahasa Jawa singkatan dari Simbah Putri, a.k.a Nenek Perempuan).

Sekitar tanggal 9 Mei 2015, Mbah Ti punya angen-angen  untuk ngijing makan Mbah Kung (sebutan Kakek dalam bahasa Jawa singkatan dari Simbah Kakung, a.k.a Kakek Laki-Laki), tujuannya untuk memberi tanda identitas makam Mbah Kung yang wafat tahun September 2012 lalu. Beliau menginginkan selesai sebelum puasa, kuranglebih anak-cucu Bani Chirzin punya waktu 5 minggu buat realisasi.
Luar biasa. Dengan inisiator Bulik Ikah, langsung ditanggapi seluruh keluarga dan kesemuanya memberikan pendapat desain sederhana untuk kijing. Alhasil terealisasi pada tanggal 14 Mei 2015, dengan konsep sederhana dan dibangun sama cucu dan anak-mantunya sendiri. Yang jadi Guru SMA, lulusan Informatika; Biologi; Komunikasi, Dosen & Profesor Agama, Wirausaha, Direktur pun mendadak jadi anak Teknik Sipil Makam ----,,---. Aku kagum dengan effort keluargaku ini untuk menyegerakan angen-angen Mbah Ti. Mereka selalu menomorsatukan keinginan beliau dan selalu menomorsatukan. Seluruh peluh panas, capek ngeduk tanah berakhir dengan senyum dan hati gembira Mbah Ti.
Dan ini adalah tamparan keras untukku, ketika misal disuruh ibu atau bapak masih tidak segera melaksanakan angen-angen beliau.
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raja Ampat, Papua Barat

HERE WE GO, KOREA!

HERE WE GO, DAEJEON!