to be I am
Sungguh saya sangat bersyukur
bisa menyadari lebih awal bahwa ada hambatan yang menggerogoti tubuhku. Hambatan
itu adalah mental self block, yang
menurutku sangat berbahaya. Sangat berbahaya.
Seperti yang sudah kuprediksi. Pasti
ada alasan mengapa selama beberapa bulan ini saya belum juga diberi “tempat
cantolan” untuk mengais rezeki. Jalannya ada, namun, belum berjalan dengan
baik. Ternyata saya disuruh intropeksi diri sama Yang Diatas. Saya diminta
untuk lebih mendekat diri pada Allah, mungkin Yang Diatas suka dengar doa-doaku,
atau mungkin Yang Diatas mau menunjukkan saya sesuatu yang tidak kuketahui
sebelumnya dan atau atau lainnya (keep
expecting).
Inilah beberapa jawabannya. Terkadang
saya kalah duluan sebelum bertanding dan terkadang saya sudah minder duluan dengan lawan yang sebenarnya
posisinya sama denganku. Mental saya sudah diblock sendiri oleh diriku. Jahatnya diriku. Hanya dengan kata-kata,
“ah apalah aku dibanding orang-orang lain yang apply, CV ku tidak menjual”, “ah masih beberapa hari lagi, besok
deh liat lagi”, “bisa enggak ya aku? Mengingat sering gagalnya”, “yaampun kamu
itu apasih, remahan tempe”, ya beberapa kata itu yang muncul sebentar tapi
efeknya menghancurkan spirit di dalam diriku. Sungguh, ketika saya menyadari
ini, saya sedih, saya belum mencintai diri saya sepenuhnya. Saya meragukan diri
saya. Ah parah banget ini. Parah.
Tapi saya belum terlambat. Saya masih
bisa memperbaikinya. Doakan saya ya guys,
saya pasti improve myself untuk berkarier di dunia. Saya akan memperkuat kapasitas dalam diri. Saya masih punya kesempatan kok dan semoga
Allah masih memberi umur yang panjang untukku. Amin.
*Semoga kamu yang mempunyai
permasalahan sama denganku juga mencoba untuk memperbaiki diri yah. Kita
manusia, dilahirkan sama oleh Allah. Yang membedakan satu sama lain adalah
kapasitasnya. Kita bisa kok. Bisa. B-I-S-A.
Komentar
Posting Komentar