realita yang ada


ditanya pengalaman bermasyarakat, yang bisa kujawab minim.
aku belum pernah ikut bina desa dan lain sebagainya.
jadi remaja masjid tetap saja jarang.

dua kali ikut mubaligh hijrah hanya memberikan sedikit gambaran buatku.
di Dondongan, Minggir, Sleman
di Jamburejo, Playen, Gunungkidul
dua-duanya di Jogja, yang satu pelosok yang satu pinggir jalan utama daerah -_-

yang pertama ini di Minggir, Sleman waktu kelas 1 MA.
suatu kali, sekelompok berempat kami ditugaskan menjadi pembimbing guru TPA di masjid
dan ternyata, kami dipecah menjadi 2 kelompok, alhasil kami membimbing di dua tempat berbeda
aku mendapat di daerah Ngemplak, bersama adik kelasku.
kalau digambarkan lokasi tempatnya, perlu berjalan sekitar 15 menit dari rumah singgah
tak ada lampu, gelap gulita, melewati jembatan bersungai, dan berliuk jalannya.
intinya kalau lewat jalan itu, dzikir enggak pernah putus deh, dan cuma bisa gandengan tangan satu sama lain.
tapi...
begitu bertemu anak-anaknya, semua menguaaap
tak ada pikiran negatif yang menggerayangi ketika berinteraksi dengan mereka.
cukup semuanya semangat TPA, semangat mengaji, aku sudah berpuas hati.
TPA ini hanya menumpang di rumah salah seorang warga yang ikhlas meminjamkan ruang tamu untuk TPA
two thumbs!
Panganan buka puasa, setiap hari disediakan nasi tahu telor dan teh manis.
-ah, kenapa aku baru tersadar betapa harusnya bersyukur berkali-kali ribuan?-
yang beda dari anak-anak ini, mereka senang sekali mendengar dongeng
kami berdua bergantian setiap hari mendongeng sambil nyontek buku abu nawas, wahahhaah
mana ada anak kecil jaman sekarang mau mendengar dongeng *_*
dan mereka cuma minta satu hadiah dari kami : "Mbaak belikin kita buku abu nawas dong."


yang di lokasi satunya, anak-anaknya rame betz (red: ramenya ketraluan)
bisa deh kalo dihitung 20 anak ada
saking banyaknya sampai enggak bisa dikontrol semuanya
kita dapat bantuan dari pemuda pemudi disana
tapi, apa yang kamu tahu, karena sudah saling mengenal, belajar mengajipun ogah-ogahan.
ada yang pendiemnya sangat, didekati baru mengaji
ada yang kolerisnya minta ampun, giliran mengaji cuma tahan beberapa menit
ada yang niat banget, minta jilid iqraa yang udah tingkat atas padahal jilid 3 saja masih terbata-bata
ada juga yang cuma numpang main
ah semuanya bersatu padu deh pokoknya
tapi anak-anak juga namanya, mau gimana lagi, kita perlu mendewasakan diri pokoknya.
*selflesson*

namun, budaya mengaji khataman masih sangat dijaga banget disini.
selepas shalat tarawih kita wajib menyelesaikan 1-2 juz
rutinitas ini saja belum pernah kulakukan sendiri ketika di rumah
*selflesson*
ketika penghunjung hari ke-20, kita semua sudah dapat mengkhatamkan satu kali
-beleh ayam-


lokasi kedua di Jamburejo, Playen ketika aku kelas 2 MA
lokasi ini paling strategis, di pinggir jalan menuju pantai
jadi setiap ke pantai cuma nengok ke area rumah
10 kali ada deh lebih numpang lewat aja
berasa durhaka banget, sudah 2 tahun tak berkunjung

disini lingkungannya heterogen, 40% menganut islam sisanya kristen, katolik
wah, seru nih kayanya, tantangan baru
setiap hari kita berkutat dengan anjing pastinya, dihitung bisa 5 anjing selalu ada di depan masjid. aigo.
tapi, rasa takut kudu ditepis.
TPA harus tetap berjalan!
salutnya anak-anak TPA ini tak tergubris sedikitpun dengan ajakan main teman-temannya di luar masjid.
mirisnya, masjid ini hanya aktif ketika Ramadhan dan adzan berkumandang hanya saat maghrib dan subuh.
intinya, anak-anak ini hanya TPA 1 tahun sekali!
pemuda yang mengelola hanya 2 orang, yang satu masih sekolah, yang satu bekerja.
pemuda desa sebelah cuma bisa ngomong doang, dan kabur begitu saja.
pengelolaan masjid masih sangat minim pokoknya karena tak diimbangi dengan banyaknya anak-anak disitu.
penataan arah kiblat yang ternyata juga... salah...
khataman cuma berempat, tapi tak selesai khatam ketika kita pulang :(
entah 2 tahun setelahnya apakah sudah ada perbaikan atau belum
semoga di tahun ini aku bisa berkunjung ke keduanya :)

ya, sesederhana itu. Niat buat membimbing, berani lewat jalanan serem, berani lewatin 5 anjing bisa menguap begitu saja ketika sudah bertemu anak-anaknya langsung.

kalo ini bukan setahun menginspirasi tapi dua puluh hari menginspirasi :3
eheheheh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raja Ampat, Papua Barat

HERE WE GO, KOREA!

HERE WE GO, DAEJEON!